Hilang

image source: pinterest

Dalam keadaan paling rapuh, kita kerap kali dipaksa untuk melepaskan hal yang paling kita inginkan. 

Seperti hari-hari setelah kepergiannya, ialah bukan dingin pagi yang ku idamkan ataupun hangat malam yang ku rindukan.

Meski sudah banyak jeda yang ku berikan untuk mengenangnya, aku begitu khawatir akan menghabiskan sisa hidupku menjadi diriku yang tak utuh. 

Meski sudah tahu bahwa setiap penantian tidak selalu sampai di titik temu yang sama, namun aku masih sering kesulitan untuk tahu bagaimana caranya untuk berhenti menanti.

Meski pun ini juga bukan pertama kalinya aku dihadapkan dengan kehilangan, namun tetap saja rasanya sangat memilukan.


Aku paham rasanya harus hidup di tengah keramaian yang sepi,

Menguatkan hati agar terlihat baik-baik saja di depan semesta,

Sedang dalam keadaan paling riuh, aku berusaha untuk tidak jatuh.


Selepas patah hati kemarin, aku lebih banyak diam karena isi kepala terlalu runyam,

Aku sempat kehilangan arah untuk kemana aku akan melangkah,

Aku kehilangan banyak harapan untuk tumbuh lebih indah,

Aku bahkan sempat percaya bahwa aku tidak akan pernah sembuh dari semua hal yang membuatku rapuh,

Sedang di balik trauma yang panjang ini, di sana dirinya tengah tumbuh indah dengan seseorang yang menjadi alasan perginya.


Setiap hari aku bertanya kepada Tuhan, bagaimana caranya untuk bisa melanjutkan hidup, sedang aku hanya menginginkannya di hidupku. Lalu kepada siapa aku harus mencari sembuh, sedang setengahnya dari hidupku adalah dirinya. Kepada siapa aku menaruh harap, sedang anganku berlabuh terlalu jauh bersama dengan kepergiannya.

Barangkali, jika takdir tidak membawanya kembali, aku harus siap hidup dalam bayang-bayang tentangnya. 

Namun begitu lah kehidupan, sekali pun aku sudah tidak utuh, sekali pun sudah tidak ada harapan, aku pastikan kasihku adalah tulus yang paling lapang untuknya.


- Juni, 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Poem

An absence